Malam minggu malam yang panjang
Malam kemaksiatan yang melenakan.
Pria hidung belang yang makan kuliahan datang menyampiri bunga yang tak perawan yang makan kuliahan
Dirumah bordir yang makan kuliahan,
Pintu ditutup…
Malam pun berlalu desah nafas nafsu dengan praktek ajaran kuliahan para syaitan
Esok hari bangun dengan baju yang tidak beraturan, mungkin itulah yang diajarkan para syaitan
Dijalanan, parade koteka modern berseliweran
Jalanan menjadi stage modeling kaum primitif diera modern
menunjukan payudara yang berbagai ukuran, 34, 36,38,bahkan ada 40
weihh…weihhh…weihhhh…
Belum lagi paha-paha yang sengaja dipajangkan..
Sekilas seperti paha ayam, paha kambing, paha sapi yang siap saji untuk dimakan
Tuk yang masih permulaan gadis dan jejaka hanyalah berada ditampat yang terang
Hanya tertawa sambil makan dan minum
Menggoda seadanya, pegangan tangan selintas saja
Karena masih malu pada mata-mata disekitarnya…
Tuk yang tingkat menengah lampu temaram jadi tujuan
Makan, minum dan tawa diiringi godaan yang terbalur untuk mengajak kepraktek perkuliahn para syaitan
Pegangan tangan telah menjalar kepersimpangan tiga yang terlarang
Desahan nafas berlomba dari dua lips yang bertautan
Eits.. tapi untuk yang satu itu mereka masih malu tuk melakuan
Tuk tingkat yang lanjut, tempat para juara perkuliahan para syaitan
Yang mendapat nilai A disetiap perkuliahan
Tempat-tempat gelap telah menjadi peta didalam pikiran
Walaupun tidak ada lampu menyinari, pada batu dan lumpur, tidak akan tersandung.
Karena telah menjadi peta konkrit dalam kepala.
Untuk yang lanjutan jangan ditanya…
Aku malu tuk mengatakannya…
Tahu sendiri ya….
Jogja… jogja…
Jogjaku.. Jogjamu.. Jogja kita semua
Tempat menimba ilmu
Tempat parawisata
Tempat parade hawa nafsu
Jogja…
Kota pelajar
Kota wisata
Kota para kaum hawa…
To Jogjaku dimalam minggu : beberapa realita yang tidak mewakili semua kehidupan, tapi sangat menyedihkan
Rabu, 16 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar